Sabtu, 31 Maret 2012

Listrik dari air asin atau Laut, baterai alam raksasa

Kabar bagus datang dari Stanford University, AS. Para peneliti dari universitas ini berhasil mengembangkan sumber listrik dari air asin. Ini bisa menjadi terobosan besar di bidang energi alternative terbarukan di masa depan. Air dan garam adalah bahan yang mudah didapat dimana saja.

Prinsip kerja alat penghasil listrik ini mirip dengan kerja baterai konvensional. Alat berteknologi nano ini punya dua kutub electrode, yaitu positif dan negatif. Di dalam air, natrium klorida akan terionisasi menjadi natrium( ion positif) dan klorida (ion negatif). Kutub positif electrode akan menarik ion negatif klorida, sementara kutub negatif menarik ion positif natrium. Perbedaan muatan dari aliran ion-ion inilah yang menciptakan arus listrik. Hasil akhir dari proses ini adalah air yang semula asin menjadi kurang asin. Saat electrode ini telah jenuh dengan natrium dan klorida, ia tidak bisa menarik ion natrium dan klorida lagi. Agar bisa berfungsi kembali, electrode ini cukup dicelupkan ke dalam air murni, maka garam dari electrode ini akan terlepas kembali ke dalam air. Setelah itu electrode tersebut bisa kembali dicelupkan ke dalam air garam yang baru untuk menghasilkan listrik lagi. 

Proses ini mirip dengan desalinisasi (pemurnian) air laut, namun dengan sistem yang dibalik. Pada proses desalinisasi, sistem membutuhkan listrik. Sementara pada baterai air asin ini, sistem menghasilkan listrik.

Sistem pembangkit listrik ini bisa diaplikasikan dalam skala kecil maupun skala besar. Dalam skala besar, pembangkit listrik bisa dibangun, misalnya, di dekat muara. Di tempat ini, air laut yang asin bertemu dengan air tawar dari sungai. Dengan debit air sekitar 50 kubik per detik, pembangkit ini diperkirakan bisa menghasilkan listrik sebesar 100 megawatt.

Namun peneliti dari Yale University mengingatkan, jika dibuat dalam skala besar, pembangkit listrik ini harus di desain ramah lingkungan supaya tidak merusak ekosistem di muara. Jangan sampai urusan listrik membuat kehidupan ikan air tawar di sungai terancam

Selain sebagai sumber makanan, transportasi, pertambangan, dan sumber ornamen perhiasan, ternyata laut juga menyimpan energi yang tak terbatas. Sebagai contoh kecilnya, hempasan mbak air laut dapat digunakan untuk membangkitkan energi listrik dan menjalankan pompa aerasi untuk tambak udang. Berdasarkan perhitungan para ahli, energi yang tersimpan dalam air laut sangat besar. Potensi laut Indonesia saja mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik dunia. Hanya saja, pemanfaatannya di berbagai bidang belum terlaksana dengan baik.
Salah satu contoh pemanfaatan air laut yang cukup unik dilakukan olehSastroamidjojo, Ph.D. Beliau mengalirkan 2 liter air laut Parangtritis ke rangkaian anoda dan katoda yang berupa grafit dan seng. Hasilnya? Percobaannya tersebut mampu menghasilkan listrik bertegangan 1,6 volt. Kemudian, ia memperbesar volume air yang digunakan menjadi 400 liter dan menggunakannya sebagai pengganti asam sulfat dalam aki 12 volt. Ternyata, listrik yang dihasilkan mampu menyalakan lampu mobil lebih terang daripada aki mobil konvensional!
Bagaimana air laut dapat menghantarkan arus listrik?
Air laut merupakan sebuah larutan elektrolit dengan zat terlarut terbesar berupa NaCl (garam dapur). Garam NaCl ini di dalam air terurai menjadi ion Na+ dan Cl-. Adanya ion tersebut menyebabkan air laut mampu menghantarkan arus listrik.
Maha Kuasa Tuhan dengan segala kebesaran-Nya telah menciptakan lautan lebih luas daripada daratan. Jika kita berhasil memanfaatkannya, kita dapat membuat sumber tenaga listrik  yang abadi. Sesungguhnya seluruh kebutuhan listrik di dunia dapat dicukupi dari laut!

2 komentar:

  1. kalau bisa dijelaskan lebih detail...sehingga bisa diterapkan dalam skala rmh tgga,pastinya akan lbh brmanfaat bgi rmh tgga yg mndapat pasokan listrik pln...

    BalasHapus
  2. apalagi disertai gmbar cara membuat/merangkainya,siiipppp.

    ...

    BalasHapus